KEBUDAYAAN KLASIK
A. Pendahuluan
A. Pendahuluan
Perkembangan budaya Indonesia yang terjadi saat ini tidak terlepas dari peran
kebudayaan klasik. Para ahli antropologi sepakat pada kesimpulan bahwa yang
dinamakan kebudayaan klasik adalah sebuah kebudayaan yang berkembang pada zaman
kerajaan Hindu-Budha. Era klasik atauperiode klasik adalah istilah luas untuk
periode sejarah yang berpusat di Laut Tengah.
B. Kebudayaan Klasik Indonesia dalam Aspek Sejarah
Indonesia masuk ke zaman sejarah pada kurang lebih abad ke 4 masehi, setelah pasuknya pengaruh India (Hindu-Budha). Masuknya wilayah nusantara ke zaman sejarah ditandai dengan tulisan PALAWA yang terpatri pada Yupa (prasasti) Kutai. Para ahli tulisan kuno (epigrafi) memperkirakan tulisan Palawa yang dipahatkan di Yupa Kutai itu telah ada sejak abad-abad tersebut.
Sebagai
bahasa tulis, tulisan-tulisan bukti sejarah masa lampau itu sangatlah penting
dikarenakan dengan tulisan, penulisnya dapat mencatat berbagai peristiwa yang
terjadi pada masanya, sehingga dapat menyebarkan serta mewariskan berbagai
macam tradisi, nilai, kepercayaan, dan budayanya kepada masyarakat disekitarnya
maupun generasi penerus.
Pewarisan
budaya dengan referensi-referensi bahasa tulis menjadi penting sebab dengan
bahasa ucap langsung, tentu otentisitas budaya yang diwariskan dari
generasi-kegenerasi akan mengalami perubahan. Bukti-bukti tertulis yang
ditinggalkan dapat dibaca dan dipelajari oleh generasi selanjutnya. Pun
generasi berikutnya mendapat fakta kehidupan generasi terdahulu yang
asli/otentik agar menjadi kekayaan dan memperkuat jati diri masyarakat dimasa
kekinian.
Ada
berbagai bentuk dan cara para leluhur kita dimasa lalu dalam meninggalkan jejak
rekaman kehidupan masa lalunya. Berbagai bentuk itu antara lain berupa
pemakaian sarana tulis, Yupa, Prasasti, Kitab/Keropak (dokumen) yang
dipahatkan/dituliskan pada batu, logam, kropak/daun lontar dll. Selain sarana
tulis, bahasa tulis yang dipakai dimasa klasik Indonesia itu dipakai dalam
kerangka kehidupan politik, budaya dan agama. Acapkali prasasti dipakai untuk
peristiwa-peristiwa berkenaan dengan politik, sumpah atau kutukan (contoh:
Prasasti Telaga Batu yang dikeluarkan Sriwijaya), sedangkan kitab banyak
dipakai untuk keagamaan, kesusastraan serta hukum.Yang
dimaksud dengan masa klasik pada periodesasi sejarah Indonesia adalah masa
berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di Nusantara yang berasal dari India, masuk
sekitar abad ke 4 sampai akhir periode kekuasaan Majapahit abad ke 15 masehi.
Bahasa tulis pada periode tersebut mengalami perubahan dan perkembangan.
Prasasti, kitab dan sarana tulis ketika itu ditulisi dengan hurup Palawa,
Prenegari, Melayu Kuno, Jawa Kuno. Bahasa yang dipakai juga berlainan dari masa
kemasa. Bahasa yang dipakai pada masa Kutai di Kalimantan Timur, beda dengan
yang dipakai di Sumatra Barat pada periode yang kemudian sebagaimana yang
dipakai pada prasasti Adityawarman di Pagaruyung. Juga berbeda dengan bahasa
yang dipakai Pu Prapanca dalam menulis Negarakertagama.
Berikut
beberapa gambar rekam jejak bahasa tulis yang ditinggalkan para leluhur bangsa
kita yang pernah berjaya dimasa klasik, yang banyak menjadi rujukan sebagai
sumber primer dalam penelitian sejarah masa klasik itu. (http://awidyarso65.wordpress.com/2009/03/09/jejak-bahasa-tulis-dalam-sejarah-indonesia-klasik/).
Prasasti Sriwijaya
Prasasti Tarumanegara
C. Kebudayaan Klasik Indonesia dalam Aspek Arsitektur
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur kebudayaan klasik di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negara kertagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur. Zaman Klasik Awal (600-900M), zaman dimana dua kerajaan besar yakni Sriwijaya Buddha di Sumatera dan Mataram Hindu di Jawa telah membangun patung-patung batu, kuil-kuil batu, dan tempat-tempat suci yang monumental, terutama di Jawa seperti Gedong Songo, Borobudur, dan Prambanan. Zaman Klasik Pertengahan, pada zaman ini insfrastuktur, transportasi, dan irigasi meluas. Candi-candi dari bata ditemukan di Sumatera seperti Padang Lawas, Muara Takus, Muara Jambi. Zaman Klasik Akhir, pada zaman ini muncul patung-patung dari terakota yang menggantikan patung-patung dari batu dan perunggu. Di bali dan Jawa Timur dibuat model-model candi baru dari batu dan bata yang dibuat di lereng-lereng pegunungan (Johannes Widodo, 2009: 18).
D. Kebudayaan Klasik Indonesia dalam Aspek Teknologi
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak. (http://melinmelinda49.blogspot.com/2013/01/perkembangan-kebudayaan-indonesia_13.html).
E. Kebudayaan Klasik Indonesia dalam Aspek Dinamika Masyarakat
Kerajaan Kutai
Di Kerajaan Kutai terdapat golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sansekerta dan dapat menulis huruf Pallawa. Kudungga tidak dianggap sebagai pendiri dinasti karena konsep keluarga raja pada zaman itu terbatas pada konsep raja terdahulu yang menyerap kebudayaan India. Mata pencaharian masyarakatnya beternak sapi.
Kerajaan Tarumanegara
Diduga berkebudayaan Hindu dan berbudaya asli. Pusat pemerintahan berdasarkan keterangan prasasti Tugu yang diperkirakan terletak di daerah Bogor dan Bekasi. Masyarakatnya memiliki mata pencaharian pertanian, peternakan, pelayaran, dan perdagangan. Pada kerajaan ini sudah mencapai tingkat kebudayaan yang tinggi dalam tradisi tulisan.
Kerajaan Sriwijaya
Dikenal sebagai pusat pengajaran agama Budda. Mayoritas masyarakatnya hidup dari sektor perdagangan. Ditemukan prasasti yang membuktikan Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Majapahit
Masyarakat Majapahit diatur berdasarkan budaya Hindu. Ketatanegaraan Majapahit menganut sitem teritorial dan desentralisasi. Majapahit merupakan pusat perdagangan Asia. Tidak menghasilkan bangunan arsitektur keagamaan yang megah seperti Candi Prambanan dan Borobudur.(Ignas Kingkin Teja dkk, 2002: 6-15).
C. Kebudayaan Klasik Indonesia dalam Aspek Arsitektur
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur kebudayaan klasik di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negara kertagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur. Zaman Klasik Awal (600-900M), zaman dimana dua kerajaan besar yakni Sriwijaya Buddha di Sumatera dan Mataram Hindu di Jawa telah membangun patung-patung batu, kuil-kuil batu, dan tempat-tempat suci yang monumental, terutama di Jawa seperti Gedong Songo, Borobudur, dan Prambanan. Zaman Klasik Pertengahan, pada zaman ini insfrastuktur, transportasi, dan irigasi meluas. Candi-candi dari bata ditemukan di Sumatera seperti Padang Lawas, Muara Takus, Muara Jambi. Zaman Klasik Akhir, pada zaman ini muncul patung-patung dari terakota yang menggantikan patung-patung dari batu dan perunggu. Di bali dan Jawa Timur dibuat model-model candi baru dari batu dan bata yang dibuat di lereng-lereng pegunungan (Johannes Widodo, 2009: 18).
D. Kebudayaan Klasik Indonesia dalam Aspek Teknologi
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak. (http://melinmelinda49.blogspot.com/2013/01/perkembangan-kebudayaan-indonesia_13.html).
E. Kebudayaan Klasik Indonesia dalam Aspek Dinamika Masyarakat
Kerajaan Kutai
Di Kerajaan Kutai terdapat golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sansekerta dan dapat menulis huruf Pallawa. Kudungga tidak dianggap sebagai pendiri dinasti karena konsep keluarga raja pada zaman itu terbatas pada konsep raja terdahulu yang menyerap kebudayaan India. Mata pencaharian masyarakatnya beternak sapi.
Kerajaan Tarumanegara
Diduga berkebudayaan Hindu dan berbudaya asli. Pusat pemerintahan berdasarkan keterangan prasasti Tugu yang diperkirakan terletak di daerah Bogor dan Bekasi. Masyarakatnya memiliki mata pencaharian pertanian, peternakan, pelayaran, dan perdagangan. Pada kerajaan ini sudah mencapai tingkat kebudayaan yang tinggi dalam tradisi tulisan.
Kerajaan Sriwijaya
Dikenal sebagai pusat pengajaran agama Budda. Mayoritas masyarakatnya hidup dari sektor perdagangan. Ditemukan prasasti yang membuktikan Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Majapahit
Masyarakat Majapahit diatur berdasarkan budaya Hindu. Ketatanegaraan Majapahit menganut sitem teritorial dan desentralisasi. Majapahit merupakan pusat perdagangan Asia. Tidak menghasilkan bangunan arsitektur keagamaan yang megah seperti Candi Prambanan dan Borobudur.(Ignas Kingkin Teja dkk, 2002: 6-15).
Daftar Pustaka
Widodo, Johannes. 2009. Masa Lalu Dan Masa Kini : Arsitektur Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Teja, Ignas Kingkin dkk. 2003. Sejarah SMA/MA Kelas XI IPS. Jakarta: Grasindo.
http://awidyarso65.wordpress.com/2009/03/09/jejak-bahasa-tulis-dalam-sejarah-indonesia-klasik/
http://melinmelinda49.blogspot.com/2013/01/perkembangan-kebudayaan-indonesia_13.html
Pendahuluan tidak perlu ditulis. Sudah baik, antara daftar pustaka dengan kutipan sudah sinkron, tinggal perbaikan tata tulis saja ya Stera.
BalasHapusmenarik le, lanjutkan kreativitasmu!! smoga jadi anak yg yes yes yes....sholeh tentunya. hahaha... :D
BalasHapus